Beratnya Menjaga Amanat, Pengganggu Ipar Dibabat


Ngawi.in, SUAMI “makan” adik ipar banyak terjadi. Muhtar, 35, tak mau distempel seperti itu. Oleh karena itu, ketika dapat amanat untuk menjaga adik iparnya, dijaga betul. Begitu memergoki Hamini, 25, dikencani tetangga, langsung saja disambut dengan golok. Tentu saja matilah Ngabalin seketika.

Ipar dalam Bahasa Jawa sering disebut ipe, bisa jadi itu plesetan dari kata: iki ya penak (ini enak juga). Soalnya banyak kejadian, suami yang punya adik ipar cantik, sering “dimakan” sendiri olehnya. Maka dalam kultur Jawa ada ajaran tak tertulis, adik perempuan seyogyanya jangan ikut pada kakak kandung yang wanita. Soalnya jika ketemu suami kakak yang nggragas, bisa berabe!

Muhtar warga Kecamatan Robatal Kabupaten Sampang Madura, tak mau distempel dan dipukul rata seperti itu. Jelek-jelek begitu dia masih termasuk “primus” alias pria mushola, karena sering salat jamaah  di mushola dekat rumahnya. Dengan demikian ketika diamanati untuk menjaga adik iparnya yang ditinggal suami merantau, dia menjaganya dengan baik meskipun bertaruh nyawa.

Sekitar 6 bulan lalu Wahib, 30, suami Hamini pamitan hendak mencari kerja ke Kalimantan. Lantaran di rantauan nasibnya belum jelas, istrinya tak diajak serta. Sebagai kakak ipar yang bertanggungjawab, tentu saja Muhtar menerimanya, meski pada akhirnya anggaran rumahtangga juga membengkak karena ada anggota keluarga baru. “Percayalah. Kamu silakan cari kerja dengan tenan, istrimu tetap akan saya jaga dengan baik,” begitu kata Muhtar saat melepas Wahib ke Kalimantan.

Dititipi barang memang sangat beda dengan dititipi orang. Barang asal ditaruh di gudang, sudah aman takkan ke mana-mana. Lha orang, mana mungkin ditaruh digudang. Sebagai manusia normal, Hamini tentu saja ingin berinteraksi dengan lingkungannya. Apa lagi suami lama tak di rumah, tentu jomblo dong jika harus berkutat di kamar melulu.

Kalau ada yang salah, kenapa Hamini ini masih muda dan cantik. Padahal di kampung itu, sepertinya stok perempuan cantik tak aman lagi sampai Lebaran besok. Karena itulah, setiap Hamini melintas banyak yang memelototi, bahkan menggoda. Apalagi banyak yang tahu bahwa dewasa ini kondisi Hamini sedang ngglondhang alias tanpa muatan. “Siapa tahu sedang mujur, satu putaran pasti kena,” kata seorang lelaki yang sangat ambisius.

Lelaki ambisius itu ternyata Ngabalin, warga setempat. Sebetulnya dia sudah lama mengincar bini Muhtar itu, tapi karena Hamini sudah jadi bini orang, akhirnya hanya sebatas wacana doang. Eee…..kok sekarang malah ditinggal pergi merantau ke Kalimantan. Ini kan sama saja orang ngantuk disorong bantal, harus dimanfaatkan seoptimal mungkin.

Mulailah Ngabalin mendekati Hamini. Karena istri Wahib ini juga sudah merasa begitu kesepian,  gayungpun segera bersambut. Beruntung tak ada pesaing lain, kecuali dirinya. Ini kan sangat menguntungkan bagi Ngabalin. Coba kalau ada rival, apa mungkin Hamini menggelar Debat PIL, lalu topiknya apa dan moderatornya siapa, hayo?

Demikianlah, di kala rumah Muhtar sepi, Hamini diam-diam mengajak Ngabalin masuk kamarnya dan menuntaskan birahi. Yang terjadi beberapa hari lalu juga begitu. Di kala tuan rumah dan istri menghadiri imtihan (perayaan di pesantren), Hamini justru menciptakan rintihan nikmat bersama Ngabalin. Nah, saat Muhtar pulang duluan dari pesantren, dia memergoki adegan mesum itu. Amarahnya tak terkendali lagi. Takut dituduh tak bisa menjaga amanat, Ngabalin yang sedang “sibuk” itu langsung dibabat clurit hingga wasalam di tempat.

Kakak jaga amanat, PILnya ipar yang sekarat.

(sumber)


0 Response to "Beratnya Menjaga Amanat, Pengganggu Ipar Dibabat"

Posting Komentar