Tak hanya Sumatera, pulau Madura juga terancam krisis listrik, karena PLTG Gili Timur Bangkalan Madura kekurangan pasokan gas. Meski sudah ditambah pasokan dari Pulau Jawa, masih tak banyak menolong. Listrik masih byarpett melulu. Padahal menurut teori Kependudukan, semakin sering listrik mati, jumlah penduduk akan naik secara tajam. Kenapa demikian? Karena para kepala rumahtangga lebih cepat masuk kamar dan cari “hiburan” dengan caranya sendiri.
Bagi Fahri warga Desa Tlageh, Kecamatan Pagantenan, gangguan listrik di rumahnya tak terlalu dipusingkan benar. Mau mati sehari 7 kali, mau naik rekeningnya, bodo amat. Yang jadi pusat perhatian baginya memang bukan gangguan PLN, tapi malah gangguan lelaki tetangganya sendiri, Hamzah. Soalnya meski dia sudah punya istri, setiap melihat Rojiah istrinya, Hamzah selalu nginceng bak kucing lihat tikus.
Awalnya Fahri tidak tahu bahwa Hamzah ini merupakan lelaki pengamat bini tetangga. Karenanya dia menganggap biasa saja ketika Hamzah suka ngobrol-ngobrol dengan istrinya, Rojiah. Dianggapnya itu obrolan biasa yang bebas dari muatan politik. Nggak tahunya, semua itu ada udang di balik batunya.
Hamzah memang bisa disebut lelaki mata keranjang. Sudah punya bini, tapi masih suka incang-inceng perempuan lain yang nampak melek sedikit. Jika sasarannya perempuan yang masih bebas merdeka, tak menjadi soal. Tapi perempuan yang sudah punya suami masih juga ditelateni.
Terakhir ya si Rojiah ini. Bila suaminya sedang pergi, ada saja alasannya untuk bisa main ke rumah Rojiah. Padahal yang diobrolkan bukan soal yang begitu penting, hanya obrolan ngalor ngidul, dari soal kampanye pilpres hingga soal bola Piala Dunia. Kebetulan Rojiah ini biar perempuan juga suka nonton bola, jadi bisa mengimbangi obrolan Hamzah.
Ternyata setelah demikian akrab, dari bicara bola lama-lama Hamzah sudah berani ngajak “main bola” yang bukan di lapangan hijau, tapi di kasur. Tentu saja Rojiah menolak. Sayangnya, meski menolak dia tidak cerita pada suami, sehingga Hamzah semakin berani dan malah kirim surat cinta segala. Harga suratnya paling hanya Rp 5.000,- -wong tidak berprangko- tidak sampai Rp 4 miliar seperti “surat cinta” Capres Prabowo kepada para guru.
Karena dapat gempuran terus menerus, lama-lama Rojiah tak bisa menolak. Di rumah sendiri, di kamar sendiri, dia benar-benar melayani Hamzah bak suami sendiri. Dan ini tak hanya terjadi sekali, tapi berkelanjutan, sehingga tetangga ada yang menciumnya dan kemudian melaporkan kepada Fahri selaku pihak yang berkompeten.
Sudah bisa ditebak, Fahri marah betul dengan kabar itu. Saat itu memang belum jatuh bulan puasa, sehingga marah-marah boleh dong. Tahap pertama dia klarifikasi pada Rojiah, benarkah kabar itu? Ternyata jawab Rojiah muter-muter macam Setyardi Budiono ditanyai polisi soal tabloid Obor Rakyat. Yakin bahwa kabar itu benar, malam itu juga Fahri bawa clurit mencari Hamzah. Kebetulan orangnya sedang beli sesuatu di warung. Tanpa ba bi bu lagi langsung dibabat clurit hingga tewas di tempat. “Dia berani menggauli istri saya, Pak.” Kata Fahri di depan polisi.
Apa Hamzah di rumah kurang gaul?
(sumber)
0 Response to "Gangguan PLN Tak Seberat Gangguan Lelaki Tetangga"
Posting Komentar