Ngawi.in, Idhan Dhanvantari Lubis adalah juga legenda serta tokoh pendakian yang mana kala itu meninggal di Puncak Semeru bersama Soe Hoek Gie pada tanggal 16 Desember 1969. Selama ini, memang tentang dia jarang terlihat di bicarakan dikalangan pendaki gunung, karena ketokohan Soe Hoek Gie yang terlanjur sangat melegenda. Tetapi syukurlah, Idhan Lubis tak terlupakan begitu saja.
Idhan Lubis anak kedua dari pasangan Bachtar Lubis dan Kusrahaeni, dengan kakak kandung Idhat Lubis dan dua orang adik Piet Bachtari Lubis dan Poeng Wiyata Indra Lubis dan juga keponakan dari seorang jurnalis dan pengarang terkenal di Indonesia yaitu Mochtar Lubis.
Idhan Lubis anak kedua dari pasangan Bachtar Lubis dan Kusrahaeni, dengan kakak kandung Idhat Lubis dan dua orang adik Piet Bachtari Lubis dan Poeng Wiyata Indra Lubis dan juga keponakan dari seorang jurnalis dan pengarang terkenal di Indonesia yaitu Mochtar Lubis.
MENGAPA MENUJU SEMERU?
Sebuah kisah dari legenda Mahabarata, yaitu saat perang Bharatayuda, dimana Pandawa Lima pulang ke Surga melalui Arcopodo sebuah gerbang yang dikawal Dewa Kembar, pintu masuk surga dilangit Mahameru. Arcopodo sendiri adalah nama salah satu lokasi yang berada di gunung Semeru, lokasi untuk menuju puncak Mahameru. Idhan Lubis sangat paham benar dengan legenda Mahabarata itu. Oleh karena itu Almarhum mempunyai target untuk mendaki gunung tersebut. Di pertengahan tahun 1968 Idhan bersahabat dengan Herman O. Lantang seorang anggota Mapala Universitas Indonesia. Dengan Herman itulah Idhan diajak untuk mendaki gunung Semeru bersama - sama dengan anggota Mapala UI. Saat pendakian itu Idhan baru berusia 20 tahun dan masih menjadi mahasiswa di Universitas Tarumanegara.
PUISI PERPISAHAN MENJELANG MAUT DI SEMERU
Idhan Dhanvantari Lubis, pemuda tampan yang tenang dan serius itu seakan - akan telah mempunyai firasat akan ajalnya yang sudah dekat. Sebelum melakukan perjalanan mendaki puncak gunung Semeru, almarhum Idhan Lubis pergi ke Bandung. Selain mengucapkan ” Selamat Lebaran ”, Idhan Lubis juga minta diri, menyampaikan salam ’berpamitan’ kepada semua keluarganya di Bandung itu. Hal semacam itu tak pernah dilakukan Idhan sebelumnya, bahkan orangtua Idhan biasanya jarang diberitahukan bila akan mendaki gunung. Hari - hari menjelang keberangkatan ke Jawa Timur tanggal 13 Desember, jalan telah dipenuhi ’isyarat - isyarat’ Idhan tentang Puncak Arcopodo Semeru tersebut. Sampai - sampai dalam tidur pun, Idhan mengigau tentang gunung Semeru. Idhan menyebut ’Rocopodo’ suatu nama tempat di puncak gunung Semeru itu dalam mimpinya. Hal ini didengar oleh saudaranya suatu malam dengan keheranan. Sehari - hari, Idhan tak hentinya menulis - nulis dan mencoret nama ’Mahameru’, ’puncak Semeru’, dan sebagainya dimana saja ada kesempatan.
Pada suatu petang tanggal 8 Desember 1969 di rumahnya di Polonia, Idhan Lubis menulis sebuah sajak yang ditujukan kepada sahabatnya Herman O Lantang. Puisi Idhan Lubis yang ditulisnya delapan hari sebelum meninggal dunia itu berjudul ”Djika Berpisah”, yang selengkapnya sbb:
Pro: Herman O. Lantang
Djika Berpisah
Di sini kita bertemu, satu irama
di antara wadjah2 perkasa...
tergores duka dan nestapa,
tiada putus asa
tudjuan esa puntjak mendjulang di sana
Bersama djatuh dan bangun
di bawah langit biru pusaka...
antara dua samudra...
Bersama harapanku djuga kau
satu nafas
kita jang terhempas
pengabdian... dan... kebebasan...
Bila kita berpisah
kemana kau aku tak tahu sahabat
atau turuti kelok2 djalan
atau tinggalkan kota penuh merah flamboyan
hanja bila kau lupa
ingat...
Pernah aku dan kau
sama - sama daki gunung - gunung tinggi
hampir kaki kita patah - patah
nafas kita putus - putus
tudjuan esa, tudjuan satu:
Pengabdian dan pengabdian kepada....
...Jang Maha Kuasa ...
Dari : Idhan Lubis
Polonia, 8 Desember 1969.
” Soe dan Idhan sungguh sudah tiada, di tanah tertinggi di Pulau Jawa. Mereka jumpai jasad kedua tersebut sudah kaku. Semalam suntuk mereka lelap berkasur pasir dan batu kecil Gunung Semeru. Badannya yang dingin, sudah semalaman rebah berselimut kabut malam dan halimun pagi. Mata Soe dan Idhan terkatup kencang serapat katupan bibir birunya. Mereka semua diam dan sedih. ”
Idhan Lubis dan Soe Hoek Gie menemui ajalnya pada 16 Desember 1969 di puncak Gunung Semeru akibat menghirup gas beracun. ( Thank To : IGR )
0 Response to "Idhan Dhanvantari Lubis "
Posting Komentar